mungkin bagi orang yang kurang paham..akan terlontar pertayaan seperti itu,...disini saya akan coba mengisahkan sekilas tentang Syeikh Ahmad yasin, yang saya kumpulkan dari beberapa sumber....
Bismillahirohmanirohim.....
Syaikh Yasin adalah simbul perlawanan dan sekaligus guru para mujahid. Meskipun seluruh sekujur lumpuh dan seluruh hidupnya dibelenggu oleh terali besi namun dia adalah seorang yang penggerak yang membangunkan dunia dan mukmin yang merdeka. Seorang kolomnis asal, Mesir Dr. Kamal al Mishri dalam sebuah artikelnya menyebut Syaikh Yasin sebagai “Al ‘Aqid Alladzi Aqama al ‘Alam” (Orang Lumpuh yang Membangunkan Dunia). Kata Kamal al Mishri, “Ketika Anda melihat (realita fisiknya) kemudian Anda mendengar capaian-capaian yang dihasilkan, Anda akan memahami betul firman Allah swt di dalam hadist qudsi, ‘Maka jika Aku mencintainya, Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, Aku adalah penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, Aku adalah tangannnya yang dia gunakan untuk memukul, dan Aku adalah kakinya yang dia gunakan untuk berjalan.’” (HR. Bukhari).
Dia hanyalah seorang lelaki lumpuh yang membangun ide perlawanan hingga menjadi sosok yang tidak disebut kecuali dengannya. Sampai hari ini, setiap orang baik lawan maupun kawan tetap menaruh hormat kepadanya. Namanya senantiasa disebut di seluruh dunia. Di adalah Amir Mujahidin Palestina dan guru perlawanan yang gugur oleh tangan-tangan biadab Zionis Israel.
Syaikh Ahmad Yasin adalah sosok manusia intimewa dan unik pada zamannya, tokoh besar dan bintang bagi orang-orang sejenisnya, menjadi cahaya bagi rekan-rekannya, sosok menakjubkan bagi mereka yang hidup di masanya, perhiasan bagi tokoh setarafnya, pahlawan di era kekalahan, pemberani di tengah iklim ketakutan, pemimpin di samudera kelemahan, raksasa di tengah kehinaan, kemuliaan di medan kerendahan. Sosok yang menjadi harapan di tengah segala kebuntuan, sosok ketegaran dalam menghadapi kekalahan dan keruntuhan. Dia adalah pribadi yang memiliki hikmah di tengah kerancuan, ketergelinciran akal, kebutaan mata hati dan keimanan di tengah-tengah suasana keterkoyakan dan hilangnya identitas. Dia adalah sosok yang meneguhkan keyakinan pada pertolongan Allah dan janji-Nya terhadap kaum mukmin di tengah kegelapan, kesesatan, kebencian para musuh, dan kecemasan jiwa.
Seperti diungkapkan Prof. Dr. Taufiq Yusuf al Wa’i, dalam karyanya ”Qaadat al-Jihaad al-Filistiini fii al-Ashr al-Hadiits: Kifaah, Tadhiyyah, Butuulaat, Syahaadaat”, semua gambaran di atas terdapat pada sosok lumpuh yang tak mampu berdiri ini; sosok yang kedua tangannya pun lumpuh tidak mampu membawa sesuatu; sosok yang kurus dan lemah; tubuh yang terserang oleh berbagai penyakit; penglihatan yang telah kabur kecuali hanya seberkas sinar dari satu mata; serta penderitaan dan sakit yang tak kunjung reda. Bukankah ini sesuatu yang menakjubkan? Bukankah ia merupakan tanda kebesaran Tuhan dan wujud anugerah-Nya? Sosok tersebut hidup untuk misi dan untuk umatnya. Ia menghabiskan usianya dalam dakwah. Ia adalah jihad yang terus berjalan, teladan yang terus bergerak, panutan yang memancarkan cahaya dan keimanan, serta pemahaman dan pengetahuan di tengah jarangnya orang yang tulus, di tengah sedikitnya keikhlasan, serta di tengah lenyapnya suara kebenaran dan ketegasan. Syaikh Yasin datang sebagai pemimpin bagi para mujahid, tokoh bagi para dai, guru yang bijak dan teladan yang agung bagi para pendidik. Tubuhnya yang kurus, kelumpuhannya, dan penyakit yang kronis membuatnya tidak mampu berjuang dengan senjata. Karena itu, beliau berjuang dengan senjata hikmah, dengan pedang pembinaan dan penataan, dengan meriam keimanan, serta dengan bom kesabaran, keteguhan, dan ketegaran.
Riwayat Hidup Syeikh Ahmad Yasin
Beliau adalah Ahmad Ismail Yasin, dilahirkan pada tahun 1938 di desa el Jaura pinggiran el Mijdal, selatan Jalur Gaza. Mengungsi bersama keluarganya ke Jalur Gaza setelah perang Palestina (nakbah) tahun 1948.
Mengalami kelumpuhan total sejak muda akibat kecelakaan dalam sebuah aktifitas oleh raga.
Bekerja sebagai guru Bahasa Arab dan Tarbiyah Islamiyah, kemudian bertugas sebagai khatib dan guru di masjid-masjid Gaza. Dalam masa penjajahan, dia menjadi khatib paling populer di kalangan masyarakat Jalur Gaza karena kekuatan argumennya dan keberaniannya dalam al haq (kebenaran).
Menjadi ketua perhimpunan Islam di Jalur Gaza
Pada tahun 1983, Syaikh Ahmad Yasin ditangkap rezim Imperialis Israel atas tuduhan memiliki senjata, membentuk pasukan militer dan menyerukan pelenyapan eksistensi negara Yahudi. Karenanya, beliau dihadapkan ke mahkamah militer Israel dan divonis 13 tahun penjara.
Pada tahun 1985, beliau dibebaskan dalam rangka pertukaran tahanan antara pihak rezim Imperialis Israel dengan PFLL (Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina) - Pimpinan Umum, setelah mendekam 11 bulan dalam penjara rezim Imperialis Israel
Bersama para kativis perlawanan islam (islamiyun) Palestina, beliau mendirikan organisasi perlawanan, Gerakan Perlawanan Islam "Hamas" - Palestina, di Jalur Gaza pada tahun 1987.
Pada akhir bulan Agustus 1988, militer Imperialis Israel menyerbu rumah kediaman beliau di Gaza. Mereka melakukan pengeledahan dan mengancam membuangnya di atas kursi roda yang beliau duduki sehari-hari ke Libanon.
Pada malam hari tanggal 17 Mei 1989, rezim Imperialis Israel kembali menangkap Syaikh Ahmad Yasin berserta ratusan aktivis Gerakan Hamas, dalam rangka upaya menghentikan perlawanan bersenjata yang terjadi ketika itu dengan mengambil bentuk serangan dengan menggunakan as silah al abyadh (senjata putih), yakni selain senjata api terhadap serdadu-serdadu Israel, warga Yahudi serta penculikan terhadap agen-agen Israel.
Pada tanggal 16 Oktober 1991, mahkamah militer Imperialis Israel mengeluarkan keputusan dengan memvonis Syaikh Ahmad Yasin berupa penjara seumur hidup ditambah 15 tahun, setelah disodorkan daftar tuduhan sebanyak sembilan item. Di antaranya seruan (provokasi) penculikan dan pembunuhan terhadap serdadu-serdadu Imperialis Israel, pendirian Gerakan Hamas beserta sayap militer dan dinas keamanannya.
Di samping menderita kelumpuhan total, Syaikh Ahmad Yasin juga menderita beberapa penyakit lain. Di antaranya, kebutaan di mata kirinya dan lemah pandangan di mata kanannya akibat penyiksaan yang beliau alami saat menjalani penyidikan, menderita radang telinga cukup kronis, alergi paru-paru, beberapa penyakit dan peradangan dalam dan usus. Kondisi penahanan yang buruk yang dialami Syaikh Ahmad Yasin menyebabkan merosotnya kondisi kesehatannya, sehinggga harus dipindahkan ke rumah sakit beberapa kali. Kondisi kesehatan Syaikh Ahmad Yasin terus menurun akibat penahanan dan tidak adanya pelayanan kesehatan yang memadai.
Pada tanggal 13 Desember 1992, sekelompok sukarelawan berani mati (fida'i) dari Brigade Izzuddin al Qassam menculik seorang serdadu militer Imperialis Israel. Brigade Izzuddin al Qassam menuntut pelepasan serdadu Israel tersebut dengan kompensasi pembebasan Syaikh Ahmad Yasin dan beberapa tawanan di penjara rezim Imperialis Israel, di antara mereka ada sedang menderita sakit, orang lanjut usia serta beberapa tawanan Arab yang ditangkap militer Imperialis Israel di Lebanon. Namun pihak Imperialis Israel menolak tuntutan tersebut, bahkan balik melancarkan serangan ke lokasi penahanan serdadu Israel tersebut, sehingga menyebabkan kematiannya serta kematian komandan kesatuan penyerangan pasukan Imperialis Israel dalam penyerangan tersebut, sebelum syahidnya para pahlawan sukarelawan berani mati di dalam rumah yang berlokasi di desa Beir Nebala, dekat Jerusalem.
Rabu pagi, tanggal 1 Oktober 1997, Syaikh Ahmad Yasin dibebaskan berkat perjanjian yang berlangsung antara Jordania dan rezim Imperialis Israel, dengan kompensasi penyerahan dua agen (antek) Zionis yang tertangkap di Jordan setelah mereka gagal dalam upaya pembunuhan terhadap al-Akh Khalid Misy'al, Kepala Biro Politik Hamas di Amman.
Almarhum tidak cuma pantas dikenang kegigihannya dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah Israel. Ucapannya pun tak bisa dilupakan. Banyak di antara pernyatannya yang sangat menggugah Aksi barbar dilakukan oleh Israel ba’da Shubuh hari Senin (22/3) lalu. Tiga rudal melesat dari sebuah helikopter, menghancurkan tubuh renta pimpinan spiritual Hamas, Syeikh Ahmad Yasin.
Serangan itu adalah upaya kesekian kali untuk mengakhiri hidup figur kharismatik yang saban hari tak bisa lepas dari kursi roda itu. Tanggal 6 September 2003, rudal juga pernah ditembakkan ke arah Syeikh Yasin. Saat itu almarhum hanya luka tangan kanannya.
Kita ikhlaskan Syeikh Ahmad Yasin menemui syahid. Insya Allah akan muncul Ahmad Yasin Ahmad Yasin berikutnya. “Hamas akan terus tumbuh, mengakar tidak saja di Palestina dan dunia Arab, bahkan di dunia,” ujarnya suatu saat.
Kata-katanya yang menggugah akan terus dikenang para pejuang Islam. Di antaranya adalah sebagai berikut:
Sesungguhnya aku, seorang tua yang lemah, tidak mampu memegang pena dan menyandang senjata dengan tanganku yang sudah mati (lumpuh).
Aku bukan seorang penceramah yang lantang yang mampu menggemparkan semua tempat dengan suaraku (yang perlahan ini)
Aku tidak mampu untuk kemana-mana tempat untuk memenuhi hajatku kecuali jika mereka menggerakkan (kursi roda)-ku Aku, yang sudah beruban putih dan berada di penghujung usia.
Aku, yang diserang berbagai penyakit dan ditimpa bermacam-macam penderitaan Adakah segala macam penyakit dan kecacatan yang tertimpa ke atasku turut menimpa bangsa Arab hingga menjadikan mereka begitu lemah.
Adakah kalian semua begitu, wahai Arab, kalian diam membisu dan lemah, ataukah kalian semua telah mati binasa ??
Adakah hati kalian tidak bergelora melihat kekejaman terhadap kami sehingga tiada satu kaumpun bangkit menyatakan kemarahan karena Allah. Tiada satu kaumpun (di kalangan kalian) yang bangkit menentang musuh-musuh Allah yang telah mengobarkan perang antarbangsa ke atas kami dan menukarkan kami daripada golongan mulia yang dianiaya dan dizhalimi kepada pembunuh dan pembantai yang ganas. (Tidak adakah yang mau bangkit menentang musuh-musuh) yang telah berjanji setia untuk menghancurkan dan menghukum kami Tidak malukah ummat ini terhadap dirinya yang dihina sedangkan padanya ada kemuliaan.
Tidak malukah negara-negara ummat ini membiarkan penjajah Zionis dan sekutu antarabangsanya tanpa memandang kami dengan pandangan yang mampu mengesat air mata kami dan meringankan beban kami Adakah kekuatan-kekuatan ummat ini, pasukan tentaranya, partai-partainya, badan-badannya, dan tokoh-tokohnya tidak mau marah karena Allah dengan kemarahan sebenarnya lalu mereka keluar beramai-ramai sambil menyerukan,
“Ya Allah, perkuatkanlah saudara-saudara kami yang sedang dipatah-patahkan, kasihanilah saudara-saudara kami yang lemah ditindas dan bantulah hamba-hambamu yang beriman!” Adakah kalian tidak memiliki kekuatan berdoa untuk kami?
Seketika nanti kalian akan mendengar mengenai peperangan besar ke atas kami dan ketika itu kami akan terus berdiri dengan tertulis di dahi kami bahwa kami akan mati berdiri dan berdepan dengan musuh, bukan mati membelakang (dalam keadaan melarikan lari) dan akan mati bersama-sama kami, anak-anak kami, wanita-wanita, orang-orang tua, dan pemuda-pemuda Kami jadikan di kalangan mereka sebagai kayu bakar buat ummat yang diam dalam kebodohan!
Janganlah kalian menanti hingga kami menyerah atau mengangkat bendera putih kerana kami telah belajar bahwa kami tetap akan mati walaupun kami berbuat demikian (menyerah). Biarkan kami mati dalam kemuliaan sebagai mujahid Jika kalian mau, marilah bersama-sama kami sedaya mungkin. Tugas membela kami terpikul di bahu kalian.
Kalian juga sepatutnya menyaksikan kematian kami dan menghulurkan simpati. Sesungguhnya Allah akan menghukum siapa saja yang lalai menunaikan kewajiban yang diamanahkan Dan kami berharap kepada kalian supaya jangan menjadi musuh yang menambah penderitaan kami.
Demi Allah, jangan menjadi musuh kepada kami wahai pemimpin-pemimpin ummat ini, wahai bangsa ummat ini".
Tentang nasib rakyat Palestina, Syeikh Ahmad Yasin memberi 2 alternatif: menyerah atau terus melawan. Kalau rakyat Palestina mau hidup di bawah penjajahan Israel, maka pilihannya menyerah. Bila mengharap kemerdekaan dan kehidupan mulia di kemudian hari, pilihannya hanya melawan.
"Perlawanan ini tidak terbatas. Karena musuh kita (Israel) menyerang dengan segala bentuk senjata tank, pesawat tempur, helikopter, roket, dan lainnya. Maka sekarang mengapa kita harus tunduk untuk membatasi cara kita melawan?
Kita yang seharusnya membatasi senjata yang akan kita gunakan tergantung kemampuan dan kondisi riil di lapangan. Mereka membunuh di titik kelemahan kita, dan kita merespons pada titik kelemahan mereka. Mengapa mereka hidup aman di Tel Aviv, Haifa, Ramlah dan lain-lainnya, sementara kita terus diserang. Maka tidak ada rumusan aman bagi mereka selama kita tidak hidup aman dan manusiawi".
Sebuah wawancara di Majalah Al-Mujtama’ Kuwait dalam peringatan 15 tahun Hamas memperlihatkan bagaimana sikap Syeikh Ahmad Yasin terhadap upaya perdamaian yang selama ini sering digembar-gemborkan banyak pihak. Hal itu hanya bentuk kekalahan “banci” yang justru akan melenyapkan hak-hak fundamental bangsa Palestina.
"Kita harus mengetahui bahwa operasi-operasi jihad dan perlawanan telah memberikan bangsa Palesina haknya untuk eksis dan membela diri, dimana Israel tidak mengakui eksistensi kita sebelumnya. Dari Oslo, mereka (Israel) mengakui otonomi pasca Intifadhah I, dan sekarang mengakui negara Palsetina. Bahkan partai Likud yang dulu tidak mengakui Palestina sama sekali, sekarang mengakui negara Palestina, walau tanpa bentuk.
Kita (bangsa Palestina) maju jauh (dari kondisi dulu) dan musuh mundur, karena operasi-operasi jihad dan resistensi. Mereka menginginkan kita menghentikan operasi-operasi ini untuk memecah tekad bangsa untuk hidup merdeka.
Negeri kita dijajah dan ingin kita bebaskan. Kita tidak menghabisi bangsa Yahudi atau orang selain kita, tetapi yang kita inginkan adalah negara Islam di atas negeri dan hak kita.
Banyak sudah tokoh-tokoh Hamas yang syahid, Imad Aqil, Yahya Ayyash, Muhyiddin Syarif, bahkan anak-anak di bawah umur yang terjun ke medan perang dengan gagah berani. Di mata Syeikh Ahmad Yasin, kesyahidan mereka tidak membuat spirit juang bangsa Palestina kendor dan buyar.
Ketika Ayyash syahid, arsitek-arsitek lain tumbuh bagai jamur. Gugurnya pejuang tidak membuat jihad ini berhenti. Ketika satu pejuang syahid, seribu pejuang baru muncul, dan ini fadhillah buat ummat ini hingga perjuangan terus berlanjut hingga hari kiamat. Kemenangan terwujud atau mati syahid.
Generasi pejuang sekarang ini antri untuk mempersembahkan jiwa dan raganya di jalan jihad, walau perjalanan masih panjang. Memang jalan penuh dengan bahaya dan kematian syahid adalah jalan menuju kemenangan.
Hamas siap untuk mempersembahkan setiap hari bom syahid sampai 20 tahun ke depan. Kini Palestina menunggu generasi masa depan yaitu jail al-tahrir (generasi pembebas).
Tidak ada kekuatan dunia yang dapat mematahkan perlawanan Intifadhah. Tidak Amerika, tidak Israel, dan tidak ada kekuatan dunia yang dapat memadamkan perlawanan.
Penjajah akan lenyap, insya Allah, dalam rentang waktu dua atau tiga dekade mendatang.
Hingga akhirnya pada Senin 22 Maret 2004, selepas keluar dari masjid usai menunaikan shalat subuh, mobil yang ditumpangi Syaikh Yasin dibombardir tiga rudal yang ditembakan pesawat heli tempur Apache Israel buatan Amerika. Syaikh Yasin gugur syahid bersama delapan orang lainnya. Itulah akhir kehidupan yang memang ia inginkan dan telah menjadi kehendak Allah. Syaikh Yasin gugur syahid setelah menyempurnakan bangunan perlawanan dan merasa tenang karena bangunan tersebut sangat indah, kuat, dan kokoh.
Abil Qadir Abdil Aal, seorang pemuda 19 tahun yang tinggal di dekat rumah Syaikh Yassin, mengatakan: "Saya bersama Syaikh Yassin beberapa saat sebelum ia syahid ketika kami shalat subuh bersama di kompleks Masjid Islam yang dekat dengan rumah kami.
Beberapa menit setelah shalat subuh berakhir, Syaikh Yassin meminta semua anak muda di dalam masjid untuk segera pulang ke rumah mereka masing-masing, sehingga merekapun meninggalkan masjid. Begitu mereka tiba di rumah mereka, mereka terkejut dengan suara bom yang ternyata menargetkan tubuh lumpuh Syaikh Yassin".
Abdiel Aal menyebutkan beberapa kegiatan yang sering Syaikh Yassin lakukan di komplek Masjid Islam di dekat rumahnya: "Syaikh Yassin sering mendorong kami sebagai anak-anak muda untuk rajin berlatih olahraga, ia sangat menghargai kam."
Selain itu, ia juga sering mengatur kegiatan-kegiatan yang memotivasi para pemuda dan anak-anak untuk datang ke masjid serta mendorong para anak muda untuk lebih bertanggung jawab. Ia sangat bermurah hati dan tidak pernah menolak setiap pengemis yang mendekatinya. Ia juga mencintai Jihad dan perlawanan untuk membebaskan Palestina dari pendudukan zionis Israel."
Di saat-saat sebelum Syaikh Yassin terbunuh, sambil menangis Abdil Aal mengatakan: "Saya sedang duduk bersama sepupu saya, asy syahid Amir Abid Aal, dan asy syahid Mu'min Al Yazuri yang ikuta mati syahid bersama dengan Syaikh Yassin.
Di belakang Syaikh Yassin, ada dua pengawalnya, lalu Syaikh Yassin bertanya kepada mereka: "Bagaimana cuaca di luar?" Lalu salah seorang dari mereka menjawab: "cuaca terlalu dingin. Jadi, jangan keluar dulu nanti malah menjadi 'sakit'. Ini merupakan upaya para anak muda untuk mencegah Syaikh keluar dari masjid, sehingga pesawat bisa menyerangnya. "
Dia dengan susah payah melanjutkan: "Langit penuh dengan puluhan pesawat dari semua jenis, jika saya tidak melebih-lebihkan." Kami hanya menyadari sesaat kemudian bahwa ternyata mereka sedang menunggu Syaikh Yassin untuk diserang. Saya berkata kepada Syaikh: "langit mendung dengan banyak pesawat dan situasi sangat berbahaya. Syaikh Yassin dengan tenang menjawab: "Anakku ..Tak ada yang bisa lolos dari takdir-Nya "
Anak Palestina itu mengatakan bahwa Syaikh meminta semua anak muda yang berada di masjid untuk segera pulang ke rumah mereka masing-masing demi keselamatan mereka.
Syaikh kemudian menunggu sampai semua dari mereka pulang ke rumah mereka masing-masing, kecuali Mu'min Al Yazouri, Amir Abid Aal dan pengawal yang tinggal bersamanya. Lalu, saat mereka keluar dari masjid, tidak lama kemudian pesawat-pesawat Zionis menyerang mereka. Syaikh Yassin syahid (insyaAllah) bersama dengan teman-temannya, Mu'min dan AmirAfwan gambar yang saya sajikan rada menyeramkan....tapi memang seperti inilah kondisi Saudara2 kita di Palestine....ratusan bahkan ribuan Mujahid telah menemui Syahidnya.....Insya Allah.....beliau akan tetap hidup di jiwa para Syuhada.....yang hingga kini masih berjuang membela kebenaran.....Allahu Akbar...!!!***
Kala fajar hendak berpenjar,
Mentaripun belum bersinar
Sebongkah Dendam membara.
Memburu hamba nan bersahaja...
Raganya tak seperti kita
Namun semangatnya menembus semesta Dari kursi roda, mengguncang dunia Untuk kemerdekaan Palestina
Namun semangatnya menembus semesta Dari kursi roda, mengguncang dunia Untuk kemerdekaan Palestina
Darah membuncah, menyirami bumi
Tubuhnya terhempas tercabik
Namun dia hidup di sisi Ilahi
Dalam nikmat abadi
Tubuhnya terhempas tercabik
Namun dia hidup di sisi Ilahi
Dalam nikmat abadi
Selamat jalan hai mujahid
Doa kami mengiringi
Dengan jiwa nan tentram suci
Kepada ﷲﺍ kembali
Doa kami mengiringi
Dengan jiwa nan tentram suci
Kepada ﷲﺍ kembali
Shoutul Harokah : Syeikh Ahmad Yasin.....
Subhanallah...Sungguh lagu yang mengisahkan sosok seorang mujahid Allah,..yang tak pernah kenal lelah membela Islam, Salah seorang personil Souhar pernah bertemu dengan beliau sebelum akhirnya ia menemui ajalnya,....Insya Allah, lagu ini akan selalu mengingatkan kita kepada Alm. Syeikh Ahmad Yasin......
" Bukan orangnya yang harus kita kagum-kagumi,...tapi kegigihannya dalam membela Islam, dengan segala keterbatasan yang ia miliki......Bagaimana dengan kita yang diberikan kesehatan luar biasa dari Allah...???Sudahkah kita berjuang di Jalan Allah???Tanyakan pada dirimu sendiri....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar