Pohon apel yang rindang itu apabila musim berbuah berkunjung tiba, akan tumbuh buah-buah ranum. Merah dan memikat. Manis sekali. Jadi ketika ini banyak ‘tangan-tangan’ yang kepingin untuk merasa, memetiknya dengan rakus. Kesemuanya berebut untuk memetik untuk merasa kemanisan apel-apel merah masak.
Apel-apel ini banyak di kalangannya, yang merah ranum lagi manis, dengan sendirinya dan dengan sengaja menjatuhkan diri sendiri ke tanah. Tanpa perlu bersusah payah untuk dipetik. Tatkala apel ini jatuh ke tanah, tangan-tangan yang rakus ini dengan tangkas mencapainya dan dimamah dengan rakusnya.
Ada di kalangan apel ini, yang jatuhnya tidak dihiraukan oleh tangan-tangan yang bersih, lalu dibiarkan ia membusuk di tanah, sebagai santapan tupai-tupai nakal yang berkeliaran mencari rizqi, tanpa perlu bersusah payah menggapainya sendiri.
Bagi tangan-tangan yang bersih ini, apel yang baik dan berkualitas, letaknya bukan di tanah, digumpali dengan kotoran dan sampah. Hilang sudah tarikan warnanya, serta kemanisan buahnya. Bagaimana mungkin apel sebegini menjadi pilihannya?
Nun jauh di atas, apel yang terbaik dan yang paling ranum akan kekal di tangkai. Merah dan menggebu. Sukar untuk dilihat karena letaknya di sebalik daun-daun sebagai perlindungan. Tangkainya juga tinggi, susah untuk digapai. Hanya yang benar-benar ikhlas berhajat untuk mendapatkan apel yang terbaik ini akan berusaha untuk mendapatkannya, bukan tangan-tangan yang kasar lagi rakus karena hanya apel yang rendah akan menjadi pilihan mereka. Selayaknya bagi mereka.
Walaupun kadangkala apel terbaik ini risau tidak disunting mana-mana tangan manusia, namun dia yakin bahwa JANJI ALLAH ITU PASTI. Jadi, akan kekal dimana tempatnya berada.
Hanya tangan yang beruntung, akan berusaha mencari dan mendapatkannya. Tidak boleh ditarik begitu saja, sebaliknya perlu dipetik dengan cermat agar buahnya tidak jatuh dan luka. Agar bisa dinikmati secangkir madu dari manisnya apel yang terlindung.. merah.. segar..dan ranum.. hanya yang beruntung akan memiliki dan hanya yang beruntung yang dapat menikmati.
Apel-apel ini banyak di kalangannya, yang merah ranum lagi manis, dengan sendirinya dan dengan sengaja menjatuhkan diri sendiri ke tanah. Tanpa perlu bersusah payah untuk dipetik. Tatkala apel ini jatuh ke tanah, tangan-tangan yang rakus ini dengan tangkas mencapainya dan dimamah dengan rakusnya.
Ada di kalangan apel ini, yang jatuhnya tidak dihiraukan oleh tangan-tangan yang bersih, lalu dibiarkan ia membusuk di tanah, sebagai santapan tupai-tupai nakal yang berkeliaran mencari rizqi, tanpa perlu bersusah payah menggapainya sendiri.
Bagi tangan-tangan yang bersih ini, apel yang baik dan berkualitas, letaknya bukan di tanah, digumpali dengan kotoran dan sampah. Hilang sudah tarikan warnanya, serta kemanisan buahnya. Bagaimana mungkin apel sebegini menjadi pilihannya?
Nun jauh di atas, apel yang terbaik dan yang paling ranum akan kekal di tangkai. Merah dan menggebu. Sukar untuk dilihat karena letaknya di sebalik daun-daun sebagai perlindungan. Tangkainya juga tinggi, susah untuk digapai. Hanya yang benar-benar ikhlas berhajat untuk mendapatkan apel yang terbaik ini akan berusaha untuk mendapatkannya, bukan tangan-tangan yang kasar lagi rakus karena hanya apel yang rendah akan menjadi pilihan mereka. Selayaknya bagi mereka.
Walaupun kadangkala apel terbaik ini risau tidak disunting mana-mana tangan manusia, namun dia yakin bahwa JANJI ALLAH ITU PASTI. Jadi, akan kekal dimana tempatnya berada.
Hanya tangan yang beruntung, akan berusaha mencari dan mendapatkannya. Tidak boleh ditarik begitu saja, sebaliknya perlu dipetik dengan cermat agar buahnya tidak jatuh dan luka. Agar bisa dinikmati secangkir madu dari manisnya apel yang terlindung.. merah.. segar..dan ranum.. hanya yang beruntung akan memiliki dan hanya yang beruntung yang dapat menikmati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar