Bersemangat dalam menyambut panggilan da’wah menunjukkan adanya keseriusan (jiddiyah) karena keseriusan adalah salah satu ciri kader militan. Seruan dakwah tidak akan pernah berhenti hingga hari akhir nanti. Risalah Rasulullah SAW harus terus kita jalankan. Tantangan dakwah pun tak pernah henti kita hadapi. Tak jarang para aktivis dakwah mundur dari tugas mulia ini. Semangat naik turun sudah biasa dalam mengemban amanah dakwah ini. Namun siapakah yang akan terus bertahan dalam jalan dakwah ini, maka dialah para pemenang sejati diakhir nanti.
Saya pernah diberi pemahaman oleh kakak kelas tentang semanagat, Ia mengatakan “ semangat itu bukan hanya berteriak-teriak dan menggebu-gebu ketika berbicara, tetapi semanagt yang luar biasa adalah ketika kita siap untuk selalu memenuhi seruan dakwah dalam kondisi apapun”. Tidak lama dari itu kakak kelas yang lain pun memberikan materi kepada saya tentang ruhul istijabah, ternyata itulah yang dimaksud dengan semangat memenuhi seruan dakwah. Saya akan mencoba untuk membagi ilmu yang telah saya dapatkan kepada ikhwah dan akhwat sekalian tentang ruhul istijabah.
Allah SWT berfirman :“Hai orang¬-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasai antara manusia dan hatinya, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan “. (AI-Anfal :24 ).
Kader da’wah apabila mendengar panggilan da’wah ia sambut dengan kata-kata “sam’an wa tha’atan” (kami dengar dan kami taati) “labaik wa sa’daik” (kami siap melaksanakan perintah dengan senang nati). Para sahabat Rasul di saat menjelang perang Badar, ketika Rasul ingin mengetahui kesiapan mereka untuk perang menghadapi musyrikin Quraisy, mengingat tujuan awal mereka bukan untuk perang tetapi untuk menghadang kafilah dagang yang dipimpin oleh Abu Sufyan, namun kafilah itu berhasil meloloskan diri dari hadangan kaum muslimin, maka Rasul bermusyawarah dengan mereka tentang apa harus dilakukan. Dari kalangan Muhajirin Abu Bakar dan Umar bin Khattab menyambut baik untuk terus maju ke medan pertempuran.
sedangkan Miqdad bin `Amru mengatakan : “Wahai Rasulullah, laksanakanlah apa yang telah diberitahukan Allah kepadamu, kami tetap bersamamu. Demi Allah kami tidak akan mengatakan kepadamu seperti apa yang dikatakan Bani Israel kepada Nabi Musa,yaitu “Pergilah kamu bersama Rabbmu dan berperanglah, kami tetap duduk di sini”. Tetapi yang kami katakan kepadamu adalah : “Pergilah kamu ber-sama Rabbmu dan berperanglah, kami ikut berperang bersamamu”. Demi Allah yarg mengutusmu membawa kebenaran, seandainya kamu mengajak kami ke Barkul Ghimad (suatu tempat di Yaman, red ) pasti kami tetap mengikutimu sampai di sana. Setelah sahabat Muhajirin, sahabat Anshar yang diwakili oleh Sa’ad bin Mu’adz menyampaikan sikapnya :”Kami telah beriman kepadamu dan kami bersaksi bahwa apa yang kamu bawa adalah benar, atas dasar itu kami telah menyatakan janji untuk senantiasa taat dan setia kepadamu. Wahai Rasulullah lakukanlah apa yang kau kehendaki, kami tetap bersamamu.Tidak ada seorangpun diantara kami yang mundur dan kami tidak akan bersedih jika kamu menghadapkan kami dengan musuh esok hari. Kami akan tabah menghadapi peperangan dan tidak akan melarikan diri. Semoga Allah akan memperlihatkan kepada kamu apa yang sangat kamu inginkan dari kami. Marilah kita berangkat Ilahi. (Ust. Abdul Muiz, MA)
sedangkan Miqdad bin `Amru mengatakan : “Wahai Rasulullah, laksanakanlah apa yang telah diberitahukan Allah kepadamu, kami tetap bersamamu. Demi Allah kami tidak akan mengatakan kepadamu seperti apa yang dikatakan Bani Israel kepada Nabi Musa,yaitu “Pergilah kamu bersama Rabbmu dan berperanglah, kami tetap duduk di sini”. Tetapi yang kami katakan kepadamu adalah : “Pergilah kamu ber-sama Rabbmu dan berperanglah, kami ikut berperang bersamamu”. Demi Allah yarg mengutusmu membawa kebenaran, seandainya kamu mengajak kami ke Barkul Ghimad (suatu tempat di Yaman, red ) pasti kami tetap mengikutimu sampai di sana. Setelah sahabat Muhajirin, sahabat Anshar yang diwakili oleh Sa’ad bin Mu’adz menyampaikan sikapnya :”Kami telah beriman kepadamu dan kami bersaksi bahwa apa yang kamu bawa adalah benar, atas dasar itu kami telah menyatakan janji untuk senantiasa taat dan setia kepadamu. Wahai Rasulullah lakukanlah apa yang kau kehendaki, kami tetap bersamamu.Tidak ada seorangpun diantara kami yang mundur dan kami tidak akan bersedih jika kamu menghadapkan kami dengan musuh esok hari. Kami akan tabah menghadapi peperangan dan tidak akan melarikan diri. Semoga Allah akan memperlihatkan kepada kamu apa yang sangat kamu inginkan dari kami. Marilah kita berangkat Ilahi. (Ust. Abdul Muiz, MA)
Dalam penerapannya ada empat aspek ruhul istijabah :
1. Istijabah fikriyah (menyambut dengan pikiran/ sadar).
Kader da’wah ketika mendapat tugas dari Murobbi, Pembina, maupun Qiyadah tidak hanya sekadar melaksanakan perintah dan tugas, tetapi ia sadar betul apa yang dikerjakannya adalah dalam rangka taat kepada Allah dan meraih ridho-Nya, bila dilakukan mendapat pahala dan bila tidak dilakukan dosa.
Karena itu para kader da’wah harus memahami, bahwa melaksanakan perintah dan tugas yang datang dari Murobbi, Pembina atau Qiyadah dalam rangka taat kepada Allah. karena Allah telah mewajibkan taat kepada pemimpin : “Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul serta (taatilah) pemimpin kamu… ” (An-Nisaa:59). Dalam terlaksananya tugas dakwah tentunya para kader da’wah harus benar-benar memikirkan strategi atau konsep dalam menjalankan agenda-agenda dakwah agar sesuai dengan sasaran dan tujuan.
Karena itu para kader da’wah harus memahami, bahwa melaksanakan perintah dan tugas yang datang dari Murobbi, Pembina atau Qiyadah dalam rangka taat kepada Allah. karena Allah telah mewajibkan taat kepada pemimpin : “Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul serta (taatilah) pemimpin kamu… ” (An-Nisaa:59). Dalam terlaksananya tugas dakwah tentunya para kader da’wah harus benar-benar memikirkan strategi atau konsep dalam menjalankan agenda-agenda dakwah agar sesuai dengan sasaran dan tujuan.
2. Istijabah Nafsiyah (Menyambut dengan perasaan/emosi).
Para aktivis dan kader da’wah bila mendapat perintah dan tugas, baik tarbawi, da’awi maupun tanzhimi harus menyamtbutnya dengan perasaan senang, gembira, bahagia dan bersemangat untuk melaksanakannya. Janganlah perintah dan tugas itu disambut dengan rasa berat, malas, enggan dan tidak bergairah. Apapun kondisi yang terjadi pada diri kita, baik dalam keadaan susah, berat maupun kekuatan ma’nawiyah tidak mendukung, apalagi dalam keadaan bergembira.
Bila datang panggilan da’wah kita tidak boleh menolaknya atau merasa enggan dan malas memenuhnya. Allah berfirman: ”Berangkatlah kamu dalam keadaan merasa ringgan ataupun ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah, yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (At-Taubah :41).
Kemudian pada ayat yang lain Allah menjelaskan,”Hai orang-orang yang beriman apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu “Berangkatlah untuk berperang di jalan Allah “; kamu merasa berat dan ingin di tempatmu Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal keni’matan hidup di dunia itu dibandingkan dengan kehidupan di akhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya kamu dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu “. (At¬Taubah:38-39).
Bila datang panggilan da’wah kita tidak boleh menolaknya atau merasa enggan dan malas memenuhnya. Allah berfirman: ”Berangkatlah kamu dalam keadaan merasa ringgan ataupun ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah, yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (At-Taubah :41).
Kemudian pada ayat yang lain Allah menjelaskan,”Hai orang-orang yang beriman apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu “Berangkatlah untuk berperang di jalan Allah “; kamu merasa berat dan ingin di tempatmu Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal keni’matan hidup di dunia itu dibandingkan dengan kehidupan di akhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya kamu dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu “. (At¬Taubah:38-39).
3. Istijabah Maaliyah (Menyambut dengan harta).
Agenda dakwah adalah agenda yang luar biasa oleh karena itu pastinya membutuhkan dana yang besar juga. Dalam proyek da’wah pendanaan ditanggung oleh para da’i sendir-i. Sebagai kader dakwah kita harus selalu semangat dan siap untuk mengorbankan harta kita, karena sesungguhnya harta itu adalah pemberian Allah dan harus didedikasikan juga dijalan Allah. Seperti apa yang Allah sampaikan dalam Qur’an, “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka… ” (At-Taubah : 111). Kemudian ayat lain Allah menjelaskan, “Hai orang¬-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan dirimu dari azab yang pedih ?Yaitu, kamu beriman pada Allah dan RasuINya dan berjihad di jalan Alllah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya. ” (As-Shaff : 10- 11).
4. Istijabah Harakiyah (Menyambut dengan aktivitas)
Setiap agenda dakwah tidak akan berjalan dengan baik jika kita hanya benyak berbicara saja tanpa adanya tindakan nyata. Sesungguhnya dakwah ini membutuhkan pengorbanan-pengorbanan tenaga yang luar biasa. Sebagai kader dakwah kita harus selalu siap untuk hadir dalam kegiatan da’wah dan berusaha untuk berada di barisan orang-orang yang mengutamakan kerja daripada berbicara. Bahkan berupaya untuk berada di garda terdepan dalam mempertahankan dan membela Islam. Perlu diingat, tugas da’wah yang diemban aktivis sangat banyak, lebih banyak dari waktu yang tersedia. Tugas antara lain, pertama: Kewajiban dalam Tarbiyah, tujuannya agar kualitas dan dan mutu kader semakin baik. Kedua: Kewajiban dalam Da’wah, tujuannya agar penyebaran da’wah semakin luas. Ketiga: Kewajiban yang sifatnya tanzhimiyah, bertujuan agar amal jama’i stuktural semakin kokoh.
Ikhwah dan Akhwat fillah, sudahkah pikiran kita terkonsentrasikan dan terfokuskan untuk memikirkan umat, memikirkan bagaimana cara yang efektif dalam melakukan da’wah untuk mereka. Sudahkah kita menyumbangkan pendapat, gagasan dan ide terbaik untuk kemajuan da’wah. Sudahkah kita mempersembahkan kreatifitas untuk pengembangan da’wah yang lahir dari hasil kajian, telaah, renungan dan evaluasi kerja da’wah saat ini?!.
Ikhwah dan Akhwat fillah, sudahkah kita merasa gembira senang dan bahagia mana kala kita mendengar perintah, menerima tugas dan mendapatkan amanah da’wah.Apakah kita merasa bersedih, menangis dan merasa rugi jika kita tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik, tidak dapat ikut dalam kegiatan da’wah di saat uzur. Menyesalkah kita jika tidak dapat menyelesaikan tugas dengan baik ?!
Ikhwah dan Akhwat fillah, sudahkah kita mengeluarkan sebagian dari rizki yang kita dapatkan untuk kepentingan da’wah. Sudahkah kita berniat dan ber-Azam untuk menginfaqkan harta kita di jalan Allah? Sudahkah kita miliki tabungan da’wah?
Ikhwah dan Akhwat fillah, betulkah kita sebagai aktivis da’wah, apa buktinya? Apa kontribusi riil kita untuk da’wah? Apa prestasi da’wah kita selama ini? Sudah berapa orang yang telah kita rekrut melaui da’wah fardiyah atau da’wah jamahiriyah? sudah berapa orang kader yang kita tarbiyah? Sudahkah kita menjadikan waktu, kerja, profesi dan seluruh aktivitas kita sebagai kegiatan da’wah ?!
Ikhwah dan Akhwat fillah, betulkah kita sebagai aktivis da’wah, apa buktinya? Apa kontribusi riil kita untuk da’wah? Apa prestasi da’wah kita selama ini? Sudah berapa orang yang telah kita rekrut melaui da’wah fardiyah atau da’wah jamahiriyah? sudah berapa orang kader yang kita tarbiyah? Sudahkah kita menjadikan waktu, kerja, profesi dan seluruh aktivitas kita sebagai kegiatan da’wah ?!
Ikhwah dan Akhwat fillah, keimanan kita baru diakui oleh Allah apabila ada ruhul istijabah pada diri kita, dan baru akan sempurna iman kita jika aspek-aspek istijabah itu telah terpenuhi. Allah berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan terhadap orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka sebelum mereka berhijrah, akan tetapi jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam urusan pembelaan agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada ikatan perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan “. (AI-Anfal : 72). ”Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan kepada orang-orang muhajirin, mereka itulah orang-orang yang bena-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan, rizki (ni’mat ) yang mulia “, (al-Anfal : 74)
Ikhwah dan akhwat fillah sebagai aktivis dakwah marilah kita bersama-sama berkontribusi nyata dengan segala pengorbanan, baik harta, jiwa, raga, waktu dan pikiran kita hanya untuk dakwah di jalan Allah. Kita harus terus berjuang di jalan dakwah ini hingga datangnya kejayaan islam atau syahid menjemput kita semua. InsyaAllah setiap pengorbanan kita mendapaktan ridho dari Allah.
Bogor, asrama TPB IPB C1 kamar 27 tanggal 2 April 2012 pukul 08.33
Tidak ada komentar:
Posting Komentar