MASA DEPAN MILIK ISLAM
  
 
 
 
          
        
          
        
Penantian Akhwat

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.. 
Entah  angin apa yang membuai hari ini, membuatku begitu berani mencoretkan  sesuatu untuk dirimu yang tidak pernah aku kenali. Aku sebenarnya tidak  pernah berniat untuk memperkenalkan diriku kepada sesiapa pun. Apalagi  mencurahkan sesuatu yang hanya aku khususkan buatmu sebelum tiba  masanya. Kehadiran seorang lelaki yang menuntut sesuatu yang ku jaga  rapi selama ini semata-mata buatmu, itulah hati dan cintaku, membuatku  tersadar dari lenaku yang panjang. 
Ibu telah mendidikku semenjak  kecil agar menjaga maruah dan mahkota diriku karena Allah telah  menetapkannya untukmu suatu hari nanti. Kata ibu, tanggungjawab ibu  bapak terhadap anak perempuan ialah menjaga dan mendidiknya sehingga  seorang lelaki mengambil-alih tanggungjawab itu dari mereka. Jadi, kau  telah wujud dalam diriku sejak dulu. Sepanjang umurku ini, aku menutup  pintu hatiku dari lelaki manapun karena aku tidak mau membelakangimu. 
Aku  menghalang diriku dari mengenali lelaki manapun karena aku tidak mau  mengenal lelaki lain selainmu, apa lagi memahami mereka. Karena itulah  aku sekuat ‘kodrat yang lemah ini’ membatasi pergaulanku dengan bukan  mahramku. Aku lebih suka berada di rumah karena rumah itu tempat yang  terbaik buat sorang perempuan. Aku sering merasa tidak selamat dari  diperhatikan lelaki. Bukanlah aku bersangka buruk terhadap kaummu,  tetapi lebih baik aku berwaspada karena contoh banyak di depan mata. 
Aku  palingkan wajahku dari lelaki yang asyik memperhatikan diriku atau coba  merayuku. Aku sedaya mungkin melarikan pandanganku dari lelaki ajnabi  (asing) karena Sayyidah Aisyah Radhiyallahu `Anha pernah berpesan, 
“Sebaik-baik wanita ialah yang tidak memandang dan tidak dipandang oleh lelaki” 
Aku  tidak ingin dipandang cantik oleh lelaki. Biarlah aku hanya cantik di  matamu. Apalah gunanya aku menjadi idaman banyak lelaki sedangkan aku  hanya bisa menjadi milikmu seorang. Aku tidak merasa bangga menjadi  rebutan lelaki bahkan aku merasa terhina diperlakukan sebegitu  seolah-olah aku ini barang yang bisa dimiliki sesuka hati. 
Aku  juga tidak mau menjadi penyebab kejatuhan seorang lelaki yang  dikecewakan lantaran terlalu mengharapkan sesuatu yang tidak dapat aku  berikan. Bagaimana akan kujawab di hadapan Allah kelak andai ditanya?  Adakah itu sumbanganku kepada manusia selama hidup di muka bumi? Kalau  aku tidak ingin kau memandang perempuan lain, aku dululah yang perlu  menundukkan pandanganku. Aku harus memperbaiki dan menghias pribadiku  karena itulah yang dituntut oleh Allah. Kalau aku ingin lelaki yang baik  menjadi suamiku, aku juga perlu menjadi perempuan yang baik. Bukankah  Allah telah menjanjikan perempuan yang baik itu untuk lelaki yang baik? 
Tidak  kunafikan sebagai remaja, aku memiliki perasaan untuk menyayangi dan  disayangi. Namun setiap kali perasaan itu datang, setiap kali itulah aku  mengingatkan diriku bahwa aku perlu menjaga perasaan itu karena ia  semata-mata untukmu. Allah telah memuliakan seorang lelaki yang bakal  menjadi suamiku untuk menerima hati dan perasaanku yang suci. Bukan hati  yang menjadi labuhan lelaki lain. Engkau berhak mendapat kasih yang  tulen. 
Diriku yang memang lemah ini telah diuji oleh Allah saat  seorang lelaki ingin berkenalan denganku. Aku dengan tegas menolak,  berbagai macam dalil aku kemukakan, tetapi dia tetap tidak berputus asa.  Aku merasa seolah-olah kehidupanku yang tenang ini telah dirampas  dariku. Aku bertanya-tanya adakah aku berada di tebing kebinasaan? Aku  beristigfar memohon ampunan-Nya. Aku juga berdoa agar Pemilik Segala  Rasa Cinta melindungi diriku dari kejahatan. 
Kehadirannya  membuatku banyak memikirkan tentang dirimu. Kau kurasakan seolah-olah  wujud bersamaku. Di mana saja aku berada, akal sadarku membuat  perhitungan denganmu. Aku tahu lelaki yang menggodaku itu bukan dirimu.  Malah aku yakin pada gerak hatiku yang mengatakan lelaki itu bukan teman  hidupku kelak. 
Aku bukanlah seorang gadis yang cerewet dalam  memilih pasangan hidup. Siapalah diriku untuk memilih permata sedangkan  aku hanyalah sebutir pasir yang wujud di mana-mana. 
Tetapi aku  juga punya keinginan seperti wanita solehah yang lain, dilamar lelaki  yang bakal dinobatkan sebagai ahli syurga, memimpinku ke arah tujuan  yang satu. 
Tidak perlu kau memiliki wajah setampan Nabi Yusuf  Alaihisalam, juga harta seluas perbendaharaan Nabi Sulaiman Alaihisalam,  atau kekuasaan seluas kerajaan Nabi Muhammad Shallallahu `Alaihi  Wassalam, yang mampu mendebarkan hati juataan gadis untuk membuat aku  terpikat. 
Andainya kaulah jodohku yang tertulis di Lauh Mahfuz,  Allah pasti akan menanamkan rasa kasih dalam hatiku juga hatimu. Itu  janji Allah. Akan tetapi, selagi kita tidak diikat dengan ikatan yang  sah, selagi itu jangan dimubazirkan perasaan itu karena kita masih tidak  mempunyai hak untuk begitu. Juga jangan melampaui batas yang telah  Allah tetapkan. Aku takut perbuatan-perbuatan seperti itu akan memberi  kesan yang tidak baik dalam kehidupan kita kelak. 
Permintaanku  tidak banyak. Cukuplah engkau menyerahkan seluruh dirimu pada mencari  ridha Illahi. Aku akan merasa amat bernilai andai dapat menjadi tiang  penyangga ataupun sandaran perjuanganmu. Bahkan aku amat bersyukur pada  Illahi kiranya akulah yang ditakdirkan meniup semangat juangmu,  mengulurkan tanganku untukmu berpaut sewaktu rebah atau tersungkur di  medan yang dijanjikan Allah dengan kemenangan atau syahid itu. Akan  kukeringkan darah dari lukamu dengan tanganku sendiri. Itu impianku. 
Aku  pasti berendam airmata darah, andainya engkau menyerahkan seluruh  cintamu kepadaku. Cukuplah kau mencintai Allah dengan sepenuh hatimu  karena dengan mencintai Allah, kau akan mencintaiku karena-Nya. Cinta  itu lebih abadi daripada cinta biasa. Moga cinta itu juga yang akan  mempertemukan kita kembali di syurga. 
Wassalam.. 
Seorang  gadis yang membiarkan dirinya dikerumuni, didekati, diakrabi oleh  lelaki yang bukan muhrimnya. Cukuplah dengan itu hilang harga dirinya di  hadapan Allah. Di hadapan Allah. Di hadapan Allah. 
“PELIHARALAH DIRI DAN JAGA KESUCIAN” 
 
 
 
          
      
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar